JAKARTA – Bukan hanya netizen yang mengomentari penampilan Gibran Rakabuming Raka dalam debat keempat dan debat kedua cawapres pada Minggu (21/1/2024) malam. Pengamat politik juga mengomentari hal tersebut bahkan.
Pasalnya, persepsi publik yang melihat pembawaan Gibran seperti orang sombong tak bisa untuk disalahkan. Sebab, Gibran tersandung soal etis dan moral.
Di mana yang pertama, Gibran yang menjadi cawapres juga berpolemik di MK. Pegamat politik Citra Institute Efriza megatakan, hal kedua adalah Gibran juga mendapatkan “karpet merah” di politik.
Ini lantaran Gibran merupakan anak dari seorang presiden dan juga sebagai Wali Kota yang kini berangkat menuju kursi nomor dua pemimpin di Indonesia. Efriza mengungkapkan, kedua hal tersebut didukung dari raut muka Gibran yang sulit tersenyum.
“Kalau bahasa anak sekarang muka Gibran sudah muka dijulidkan. Kesan ini sudah hadir di benak pikir publik. Jadi gaya anak mudanya, sisi kekonyolan sebagai anak muda, maupun sisi santun hilang, semua tergambarkan bahasa sarkasnya, ‘ingin jitak itu anak’,” ungkap Efriza.
Dia mengatakan, padahal jika dicermati, debat cawapres terakhir amat menghibur, ada sisi entertaimentnya. Debat tidak kaku, tidak menyerang personal, sampai menghadirkan label “penghasut”, “calon pemimpin tak punya etika” ketika dibandingkan debat capres.
“Gibran dengan konyolnya, menyuruh Cak Imin tak baca kertas. Ketika cak imin, menyerang dia etika di MK, dia hanya membalas dengan jenaka, gitu dong Gus Imin tak tegang,” kata Efriza.
Menurutnya, catatan yang memang Gibran kurang santun, ketika Gibran dengan Mahfud, ia menanyakan singkatan, lalu mengungkapkan Mahfud sudah Profesor pahamlah, ini sisi kurang santun dari Gibran. Tapi soal dia seolah mencari jawaban Mahfud, bisa juga dilihat itu suasana menghibur semata khas anak muda ketika akrab dengan orang yang sudah lama dikenalnya.
Namun catatan positif menurut Efriza, selama dua kali debat, Gibran selalu minta maaf, ia yang mendatangi Mahfud dulu dan Cak Imin. Gibran juga menyebut Mahfud dengan sebutan Profesor dilakukan kesungguhan hati bandingkan antara Prabowo ke Anies dalam penyebutan Prof Anies, juga hal yang sama dilakukan Gibran dengan menyebut Gus Imin.
“Gibran juga ada adegan meminta maaf kepada Muhaimin karena debat. Bahkan ada diakhir adegan Gibran memeluk Mahfud MD, berkali-kali ia berbisik untuk meminta maaf, dari dua telinga Mahfud bergantian,” kata Efriza lagi.
Efriza mengatakan, rtinya Gibran tahu, ada tindakannya tak santun, tapi itu adalah bagian dari debat, dan jangan lupakan pula dua kali debat cawapres selalu ada sisi entertaimentnya, menghiburnya, selalu berakhir dengan sikap saling menghormati antar ketiganya dan itu selalu diawali oleh Gibran yang lebih muda. Bahkan, jika dibandingkan kemarin antara Anies dan Prabowo yang tidak berakhir salaman, menunjukkan para cawapres lebih seru ditonton, emosi terkuras tetapi terakhirnya menyenangkan karena sikap para politisi yang hangat.