JAKARTA – 14 Februari 2024, adalah moment bersejarah bagi seluruh Rakyat Indonesia, yang akan melakukan Pesta Demokrasi 5 tahun sekali, yaitu Pemilihan Umum. Dalam pemilu tahun 2024 ini, agenda besarnya adalah Pemilihan Presiden, yang akan memimpin Bangsa Indonesia 5 tahun ke depan.
KPU telah menetapkan dan mengesahkan sebanyak tiga pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan berkontestasi dalam Pilpres kali ini. Mereka adalah nomor urut 1 pasangan Anies Baswedan Rasyid – Muhaimin Iskandar, nomor urut 2 Pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, dan nomor urut 3 adalah Pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD.
Masing-masing Pasangan Capres dan Cawapres tersebut, telah diusung oleh gabungan dari Partai Politik ( Koalisi Parpol ). Namun ketika melihat dan mengikuti perkembangan Pilpres yang kurang dari 1 bulan lagi dan mencermati hasil-hasil survey berbagai Lembaga, yang sudah mencapai angka 46-48 % bagi Pasangan Prabowo-Gibran, sejumlah kader partai politik Paslon 1 dan Paslon 3, memilih untuk hijrah atau mengalihkan dukungan ke Pasangan Prabowo – Gibran.
Tidak bisa dipungkiri, ada sejumlah kader dari Parpol pendukung Paslon nomor urut 1 dan Paslon nomor urut 3, yang akhirnya memutuskan untuk mendukung Paslon nomor urut 1 Prabowo – Gibran. Salah satunya adalah Muhammad Perismon, kader PPP yang saat ini juga sebagai Calon Legislatif (Caleg) utk DPR RI dari Daerah Pemilihan ( Dapil ) Sumbar II. Tidak hanya Perismon, ada lagi Calon Legislatif (Caleg) DPRD untuk Provinsi Sumbar Donny Magek Piliang dari Partai Hanura.
Menurut Perismon, Ketua Umum Sekretariat Nasional Sumatera Bersama Prabowo Gibran, di ajang Pilpres kali ini pilihannya jatuh kepada Pak Prabowo Subianto. Tidak hanya dirinya, sejumlah kader-kader partai pendukung Paslon 1 dan Paslon 3, yang juga ikut bergabung bersama SekNas untuk komitmen mendukung Pak Prabowo,” ungkapnya.
Lebih lanjut Perismon menyatakan, “Saya tidak sebut namalah, cuma saya pastikan itu ada teman-temannya dan para pendukung Pak Lukman Eddy, mantan Sekjen PKB juga bergabung ke SekNas, walaupun Lukman Eddy Independen. “
Ketika ditanya apa yang menjadi alasan sejumlah kader Parpol pindah ke Paslon 1, Perismon menjawab, itu adalah pilihan. “ Alasannya bisa jadi pilihan partainya itu mereka anggap salah sejak dari awal, sehingga mereka ke Prabowo Gibran, “ ujarnya.
“ Tapi yang saya pribadi sebenarnya tujuannya bergabung ke Prabowo Gibran tidak lain adalah ingin membantu partai saya (PPP), “ tegas Perismon.
Selain kader PPP dan Hanura, sejumlah kader dari PDIP pun juga ada yang bergabung ke Paslon 1 Prabowo – Gibran. Diantaranya adalah Budiman Sujatmiko dan Effendi Muara Sakti Simbolon, yang memutuskan untuk bersama Prabowo.
Bahkan baru-baru ini, media juga diramaikan dengan kabar dari Maruarar Sirait politikus muda PDIP yang memilih hengkang dari PDIP. Ia bahkan secara blak-blakkan mundur dari PDI-P karena mengikuti langkah Jokowi yang hingga kini masih mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
“Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia,” ujar Maruarar usai mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) ke kantor DPP PDI-P di Menteng, Jakarta, Senin (15/1/2024) malam.
Beberapa waktu lalu, puluhan orang yang mengaku sebagai kader dan simpatisan PDIP Kota Semarang mendeklarasikan diri untuk mendukung pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Deklarasi itu dilaksanakan di salah satu rumah makan di wilayah Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Minggu (14/1/2024).
Sementara itu, Ketua Umum (Ketum) Relawan Arus Bawah Jokowi (ABJ), Michael F Umbas, menyampaikan adanya sejumlah kader PDIP di Lampung mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming mengatasnamakan ABJ se-Provinsi Lampung. Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno menganggap kabar itu tidak mengejutkan.
Fenomena adanya kader – kader Parpol yang beralih dukungan dari satu Palson ke Paslon yang lain itu adalh menurut Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, adalah fenomena pembelahan kader partai dalam mendukung capres sudah sering terjadi.
Jika saat ini ada sejumlah kader PPP yang menyatakan dukungannya bagi Prabowo-Gibran, ia menganggapnya bukan sebuah kejutan. Dalam Pemilu 2024, lanjut Adi, nyaris semua partai politik mengalami pembelahan.
”Itu fenomena split-ticket voting. Di mana pemilih cenderung membelah secara berbeda soal pilihan politiknya di pemilu. Itu fenomena biasa karena kader tak sejalan dengan pilihan partai,” kata Adi.
”Dalam politik pasti pertimbangannya untung dan rugi. Entah keuntungan apa yang didapat tentu publik tak bisa mengetahui dengan pasti.