JAKARTA – Usai pemilihan umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024 lalu, Ganjar Pranowo tak lagi menghubungi pasangannya Mahfud MD. Hal ini kemudian menjadi tanda tanya besar apa yang terjadi antara keduanya.
Banyak yang beranggapan keduanya memang tidak solid sejak awal. Tapi banyak juga yang beranggapan bahwa Ganjar tengah menenangkan diri karena kekalahan yang cukup telah di quick count dari beberapa lembaga.
Hal ini ditanggapi oleh pengamat politik Citra Institute Efriza. Dia mengatakan, menghilangnya Ganjar yang tidak menghubungi Mahfud, ditengarai bukan karena ingin menenangkan diri. Tetapi disinyalir, adanya ketidak solid-an antara Ganjar dan Mahfud.
“Tidak solid dan tidak satu rampak barisan. Sarkasnya sebuah perkawinan yang dipaksa, seperti ‘Siti Nurbaya’,” kata Efriza kepada Rupol.co, Selasa (20/2/2024).
Dia mengungkapkan bila Ganjar memang tampak sekali tidak mengeksplore Mahfud karena dianggap tokoh profesional sehingga dipandang tidak punya massa. ini berbeda dengan Anies yang memiliki massa fanatik.
Meski begitu, menurut Efriza, Mahfud adalah sosok yang diharapkan oleh masyarakat. Tak hanya itu, masyarakat juga kecewa akan Mahfud yang dipasngkan dengan Ganjar di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
“Akhirnya ketemulah, Mahfud cuma pasif sebagai cawapres, bertemu dengan ketidaksukaan masyarakat Mahfud dengan Ganjar, makanya lebih baik tak dipilih sama sekali pasangan ini,” kata Efriza.
Efriza mengatakan, ada dugaan Ganjar memiliki ambisi kekuasan yang tinggi. Sehingga ia khawatir dengan Mahfud jika banyak bermain dalam kampanye, orang simpatik sama Mahfud tidak kepada Ganjar. Bahkan, Ganjar tahu Mahfud ini jika diberi ruang bergerak bebas sejak cawapres, maka masyarakat meyakini Mahfud akan jadi jthe real president ketika terpilih.
“Masyarakat akan lebih mempercayai dan mencintai Mahfud, jangan lupakan pula rekam jejak Mahfud lebih istimewa daripada Ganjar, jadi kekhawatiran kepada Sosok Mahfud, akhirnya Ganjar memperlakukan Mahfud tak sadar tercitra sebagai pasangan yang tak harmonis,” jelas Efriza.
“Sisi lain Ganjar sudah dipersepsikan ‘petugas partai’. Ini berbahaya memberikan ruang terlalu besar kepada Mahfud. Sisi terakhir ternyata Mundurnya Mahfud, tidak membawa efek positif, semakin membuat hati Ganjar kesal. Lebih membuat Ganjar kecewa, kekalahan Pilpres, terlemparnya PDIP dari Istana semua karena Ganjar, sedangkan Mahfud tak disalahkan publik,” tambahya.
Dia mengungkapkan bila kasihan Ganjar, sudah berpasangan terpaksa, lalu kalah, disalahkan pula. Ini yang diduga membuat Ganjar enggan untuk sekadar berkomunikasi sama Mahfud. Mungkin Ganjar butuh menenangkan diri.
Tak hanya itu, Ganjar pun bisa diktakan tidak peduli terhadap Mahfud dan ini layak untuk direnungkan. Efriza mengatakan, dala debat capres terakhir saja, Mahfud yang berjiwa besar meminta tos dan salaman kepada Ganjar, padahal Mahfud disampingnya Ganjar.
Kedekatan mereka diyakini karena mengejar waktu semata. PDIP pasca putusan MK, langsung mencari pasangan buat Ganjar, jadi tak ada proses perkenalan, penjajakan, tiba-tiba diusung bersama. Jadi seperti perkawinan terpaksa, tidak ada pembicaraan rencana jangka pendek dan jangka panjang.
“Jadi, Ganjar biarkan saja dia dengan dunianya sendiri saat ini. Mungkin ia butuh membangun mentalnya kembali, kekecewaan dia amat dalam, ditinggal Jokowi, dipasangkan dengan Mahfud yang disinyalir Ganjar memungkinkan tak inginkan Mahfud apalagi Mahfud juga punya hubungan dekat dengan Jokowi. Jadi mental Ganjar sedang ambyar,” tutur Efriza.
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!