JAKARTA – Dua pasangan calon melakukan kampanye akbar terakhir mereka sebelum masa tenang di Jakarta. Mereka adalah paslon nomor urut 1 Anies-Muhaimin dan paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran.
Keduanya memilih tempat yang berbeda, Anies-Cak Imin di Jakarta International Stadium (JIS). Sedangkan Prabowo dan Gibran memilih di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Dari kamapanye akbar keduanya, massa yang hadir cukuplah banyak. Bahkan, pendukung Anies-Cak Imin ada yang rela menginap satu hari sebelum demi bisa masuk ikut di dalam perhelatan kampanye akbar tersebut.
Meski begitu kampanye akbar ini memiliki antusiasme luar biasa dari pendukung paslon-paslon ini. Tapi apa kata pengamat terkait kampanye akbar kedua paslon tersebut?
Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan, pada massa paslon nomor 1 yan terlihat menggunakan atribut agamais, ini karena ingin menarik simpati kalangan pemilih muslim.
“Mereka ingin mendapatkan dukungan dari pemilih Islam. Ini karena mereka didukung partai Islam seperti PKS dan Partai ummat makanya lebih banyak menggunakan atribut soal keagamaan bukan kepada kandidat,” ujar Ujang.
Hal ini pun sedikit banyak sama dengan Efriza. Dosen Ilmu Pemerintahan di salah satu universitas di Serang, Banten ini mengatakan, para paslon ini menunjukkan dukungan besar dari masyarakat.
“Melihat antusias masyarakat menunjukkan memungkinkan Pilpres malah dua putaran, bukan satu putaran. Sebab upaya menunjukkan banyaknya ‘lautan’ manusia pendukung dari para capres, semakin menegaskan kekuatan masing-masing ini yang memungkinkan Pilpres dua putaran, bukan sebaliknya satu putaran,” ungkap Efriza kepada Rupol.co.
Apalagi jelas Prabowo-Gibran kekuatannya lagi terkikis karena aksi protes dari universitas. Ini tentu menjadi pertimbangan dari pemilih yang masih ragu dalam memilih pasangan capres-cawapres.
“Jika melihat ‘lautan’ konstituennya diyakini memang yang paling antusias adalah PKS, karena mereka memang loyalis Anies dan hubungan antara Anies dan PKS memang sudah terjalin harmonis sejak di Pilkada DKI. Bahasa sarkasnya, Nasdem boleh yang mengajukan Anies sebagai capres, tapi yang ‘memiliki’ Anies ya PKS, begitu juga Anies diyakini hatinya sreg ke PKS,” jelas Efriza.
Disamping PKS menurut Efriza, tentu juga Anies memang sudah terlabeli, dan juga tak menyia-nyiakan dukungan dari “Islam Kanan”. Di mana PKS juga tak pernah memikirkan konsituennya di cap Islam garis keras sekalipun, bagi mereka yang penting paling solid, paling loyal, hubungannya yang penting Patron-Klien.
Lagipula, memang narasi Anies juga menggunakan narasi politik agama, jadi wajar mereka “Islam Kanan” dan Pemilih Sosiologis mendukung Pasangan Anies-Imin.