JAKARTA – Debat terakhir pada Minggu (4/2/2024) menyisakan banyak hal yang sangat menarik. Seperti Prabowo-Gibran yang memiliki misi sangat besar untuk strategi transformasi bangsa.
Di mana ini memiliki inti untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Dalam debat lalu, Menteri Pertahanan itu menjawab dengan cukup bijak.
Efriza, pengamat politik dari Citra Institute mengatakan, Prabowo mencoba bertanya mengenai dua gagasannya dalam penilaian dua rivalnya. Kepada Ganjar, jika dicermati, usul Prabowo baik untuk mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Hanya saja ini substansinya tidak jelas arahnya, apakah stunting, gizi buruk, atau kematian ibu. Menurut Efriza, ini tidaklah tergabar dengan jelas.
“Artinya gagasan ini, perlu dibangun kembali ulang, agar fokus, dan tujuannya jelas, bukan sekadar diusulkan, dijalankan, tak tepat sasaran dan hanya membuang anggaran,” kata Efriza kepada Rupol.co, Selasa (6/2/2024).
Efriza menambahkan, adapula keinginan Prabowo untuk mengatasi kekurangan dokter, dengan mengirimkan 10.000 orang buat belajar, juga ditanyakan dirinya ke Anies. Menurut Efriza, Anies setuju jika dalam prinsip meningkatkan kompetensi.
Hanya saja perencanaan ini harus matang, jelas konsep dan sasarannya. Efriza menegaskan, jika disimak, Prabowo dalam debat ini lebih tenang. Ia punya gagasan yang ditawarkan. Janji-janji manisnya banyak diumbar.
“Hanya saja sasaran dan tujuannya masih perlu didalaminya. Gaya Prabowo masih sama ingin bertindak solutif, mengesankan dirinya seorang pemimpin pemberani, sehingga ia selalu menggunakan bahasa seperti kurang tegas maka kita tegaskan hukum, terkesan semuanya mudah tak ada njelimet bagi dirinya,” jelasnya.
“Terkait soal informasi dan ponsel, ia langsung saja bangun pabriknya, ya gaya orang kaya, songongnya keluar, meski diyakini tak akan menjadi kebijakan pemerintah ke depannya Prabowo masih menunjukkan hal yang sama, ia orang tua, senior, yang bijak, jika baik dia berani katakan baik, seperti soal kebudayaan dia mendukung respons kedua rivalnya, begitu juga soal pendidikan, mengenai kesejahteraan dan inklusi,dan ketenagakerjaan, kecuali satu segmen, diawal segmen soal kesehatan ia tak kabarkan sepakat terhadap dua rivalnya,” tambah Efriza.
Prabowo juga menjelaskan keberpihakan terhadap disabilitas sudah dilakukan oleh Gerindra seperti untuk pembuatan undang-undang disabilitas, ini adalah hal pertama ia berani mengungkapkan kiprah partainya yang telah dikerjakannya. Efriza mengatakan, Prabowo juga banyak menceritakan pengalamannya, ini hal yang berbeda dari gaya dia dalam debat, ketimbang dua debat sebelumnya. Sepertinya ia memang ingin menunjukkan juga punya catatan kinerjanya.
Dia menyebutkan, nilai terbesar mengandung simpatik publik dari Prabowo adalah ia menyampaikan gagasan, sekaligus minta maaf kepada kedua pasangan calon, ia juga menunjukkan jiwa besar menghadapi pemilu. Prabowo tidak melakukan kontroversi, maupun mengumbar permusuhan, ia menunjukkan dirinya semakin tua, semakin sadar diri.
“Ia juga menunjukkan akan merangkul semua masyaraka terlepas dari hal apapun ke depannya, ia menunjukkan cinta persatuan dan kesatuan, ia benar-benar tampak jiwa besarnya dalam debat terakhir. Singkatnya, ia menampilkan sosok politisi tua yang mencoba bijak, jika tidak ingin disebut sudah bijak,” tuturnya.