JAKARTA – Pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Probwo Subianto menghasilkan tanda tanya besar. Pasalnya pertemuan tersebut dilakukan secara tertutup.
Ini kemudian ditanggapi oleh pengamat politik Citra Institute Efriza. Menurutnya, pertemuan antar SBY da Prabowo bukan hanya urusan hak angket, tetapi banyak hal lain yang dibahas keduanya.
Efriza mengatakan Prabowowo tentu ingin membangun hubungan yang lebih erat dengan SBY karena keduanya sesama mantan militer.
“Prabowo juga paham, SBY adalah mantan presiden di era reformasi hasil dari pemilu presiden langsung pertama, apa yang bisa dipetik sebagai pengalaman berharga untuk Prabowo, dengan berbagai kemiripan dengan dirinya,” kata Efriza kepada Rupol.co.
Dia menyebutkan beberapa hal yakni yang pertama, SBY dan Partai Demokrat adalah sosok orang pertama dan sebagai partai baru yang pertama kali mengalahkan PDIP sebagai partai besar dan partai yang sedang memimpin pemerintahan kala itu. Kondisi ini mirip dengan Prabowo saat ini, Prabowo dan Gerindra berhasil mengalahkan PDIP yang sedang berkuasa.
Kedua, SBY memenangkan Pilpres 2004 dengan diwarnai hubungan yang buruk antara SBY dan Megawati, antara SBY sebagai menterinya dengan presidennya Megawati. Hal yang sama dengan Prabowo hanya bedanya ini tentang pengkhianatan Jokowi dan Gibran sebagai partainya, namun ini juga tercipta karena Prabowo sebagai menterinya era pemerintahan PDIP malah mengalahkan Megawati dan PDIP.
“Ketiga PD adalah partai baru, partai kecil saat itu urutan kelima, yang harus berhadapan dengan kekesalan PDIP yang dijungkalkan dari kekuasaan dan memilih oposisi, ini tentu sama dengan Prabowo yang Gerindra diurutan ketiga akan berhadapan dengan PDIP yang berada diperingkat pertama dan kemungkinan besar memilih sebagai oposisi,” jelas Efriza.
Keempat, pengalaman berharga dari SBY bisa dipelajari untuk pemerintahannya, sebab pemerintahan SBY penuh dengan dinamika di parlemen yang harus melalui banyak terjadinya Hak Interpelasi dan Hak Angket tetapi berhasil melewatinya. Jika berdasarkan penelitian sejak 2004-2009 periode pertama SBY sekitar 11 hak interpelasi dan 17 hak Angket, tentu saja ini karena dinamika dengan adanya PDIP sebagai oposisi.
“Kelima, hal tak kalah penting, tentu saja Prabowo dan Gerindra perlu menguatkan kesatuan diantara partai-partai di Koalisi Indonesia Maju pasca kemenangan pasangan Prabowo-Gibran, ini juga alasan pertemuannya. Dan, Prabowo harus mengakui komitmen besar PD memenangkan Prabowo harus diberikan rasa hormat, sebab Pemilu 2019 lalu PD tak sesolid ini mendukung Prabowo,” tambahnya.
Efriza mengatakan yang keenam, diyakini Prabowo juga memang ingin meminta pandangan SBY soal hak angket pasca pemilu, mengobrolkan langkah apa yang mesti dilakukannya, dan melihat langkah politik PD soal hak angket.
Jadi dinamika hak angket menjadi obrolan Penting tapi kedatangan Prabowo juga patut ditenggarai pasti dalam obrolannya meminta nasehat dari pengalaman SBY. Sebab, keduanya banyak kesamaan ketika memenangkan Pemilu dan pasca pemilu diyakini condong bisa saja mirip.