JAKARTA – Kubu pasangan capres cawapres Prabowo-Gibran mengklaim memenangi pilpres hanya dalam satu putaran. Klaim ini berangkat dari tren kenaikan survei capres-cawapres 02 di sejumlah lembaga survei dibandingkan dengan pasangan capres-cawapres lain.
Optimisme itu salah satunya datang dari Ketua Umum Relawan Projo, Budi Ari Setiadi saat menghadiri acara Industry Summit di Solo, Jawa Tengah baru-baru ini.
Di hadapan masyarakat Jawa Tengah, dia menepis kekuatan suara di daerah itu hanya dimonopoli oleh salah satu partai tertentu, yaitu PDIP.
Ia menegaskan, semua calon memiliki basis suara di setiap daerah termasuk Prabowo-Gibran. Dengan persebaran suara yang hampir mendominasi di seluruh daerah, Budi Ari optimis Prabowo-Gibran memenangi pilpres dalam satu putaran.
Teddy Gusnaidi, jubir Partai Garuda, salah satu partai pendukung Prabowo-Gibran juga optimis dengan kemenangan Prabowo-Gibran di satu putaran, jika mengacu survei pasangan itu yang menurutnya hampir mencapai 50 persen.
Namun demikian, ia meminta seluruh pendukung dan pengusung capres cawapres 02 agar tidak merasa besar kepala melainkan terus bekerja untuk menjemput kemenangan.
Menang Satu Putaran Hiperbolis
Pakar Komunikasi Politik, Emrus Sihombing menanggapi klaim menang suatu putaran di pilpres mendatang sebagai sesuatu yang hiperbolis atau berlebihan.
Emrus menyoroti, hal itu sulit terealisasi karena survei saat ini menggunakan konsep probabilitas sebagai landasan metodologi penelitian.
Karena menggunakan probabilitas, maka fokus penelitian pada sampling bukan populasi. Sebab, kalau yang diteliti populasi, maka konsep probabilitas tidak lagi relevan karena itu sudah hasilnya.
Sebaliknya, demikian ia menjelaskan, hasil dari sampling digunakan untuk menduga populasi.
Dalam konteks elektabilitas kandidat capres, ia memberikan contoh, misalnya, hasil sampling menunjukkan elektabilitas salah satu kandidat 40 persen.
“Ini artinya, probabilitas kandidat tersebut menang satu putaran adalah 40 persen, dan peluang kalahnya adalah 60 persen,” kata Emrus kepada PARBOABOA, Jumat (5/4/2024).
Pun ketika elektabilitas tinggi, misalnya 80 persen, tidak juga menjamin kemenangan mutlak. Emrus mengatakan, jika hasil surveinya memberikan probabilitas 80 persen, itu berarti ada peluang 20 persen untuk hasil sebaliknya.
Emrus menyimpulkan, semua kandidat memiliki peluang menang dan kalah di putaran pertama, dan menilai sebagai suatu yang berlebihan jika seseorang menyatakan sebaliknya tanpa mempertimbangkan peluang yang ada.
“Ini adalah kalkulasi probabilitas yang harus diingat,” kata Emrus.
Hasil Survei tidak Menjamin Satu Putaran
Emrus menambahkan, kalau pun mengacu pada survei hari ini, klaim menang satu putaran kubu Prabowo-Gibran adalah sesuatu yang naif.
Sebab hasil jajak pendapat sejumlah lembaga, tidak satupun yang menunjukkan keunggulan pasangan ini menyentuh angka 50 persen.
Emrus menyodorkan 3 hasil lembaga survei sebagai pembanding, yaitu Indikator Politik, LSI dan Litbang Kompas.
Survei Indikator Politik dalam rentang waktu 23 November-1 Desember kata Emrus, Prabowo-Gibran hanya unggul 45,8 persen.
Dua pasangan lainnya, yaitu Ganjar-Mahfud (26,5 persen) dan pasangan Amin (22,8 persen).
Pada survei LSI (3-5 Desember), tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran turun menjadi 45,6 persen, sedangkan Ganjar Mahfud 23,8 persen dan Amin 22,3 persen.
Sementara itu, di survei Litbang Kompas, elektabilitas Prabowo-Gibran hanya 39,3 persen, disusul pasangan Amin 16,7 persen dan Ganjar-Mahfud 15,3 persen.
Mengacu pada hasil survei di atas, kata Emrus maka pilpres hanya dalam satu putaran mustahil terjadi.
“Jadi secara rasional, saya pikir sulit untuk satu putaran karena tiga pasangan calon untuk mencapai suara 50 persen plus satu sangat sulit,” imbuhnya.
Karena satu putaran mustahil terjadi, Emrus mengatakan, berdasarkan survei-survei di atas, yang potensial lolos ke putaran kedua adalah pasangan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud. (Dng/PBB)