JAKARTA – Dewan Perwakilan Daerah (DPD)seharusnya paling diharapkan kehadirannya. Ini karena angota DPD bisa membawa isu lokal ke daerah untuk menjadi kebijakan nasional.
Hal ini agar kebijakan nasional tidak berbeda dengan harapan di daerah. Sehingga bukan sekadar sentralisasi dan sentralisasi, tetapi lebih jauh tentang keikutsertaan daerah dalam pembicaraan isu nasional untuk kepentingan mereka di daerah.
Ini pula lah yang ingin dibangun oleh Alfiansyah Bustami alias Komeng. Di mana Komeng ingin komedi dan seni budaya lebih baik lagi dari sebelumnya. Masukknya Komeng dalam jajaran calon legislatif DPD dengan visi misinya ini, membuat beberapa pengamat politik berkomentar.
Efriza dari Citra Institute mengatakan, mereka “Komeng” nya ini yang menarik karena sudah menjual dan punya reputasi dalam teori personal branding. Di mana reputasi ini sudah tertanam di benak pikir masyarakat adalah positif kepada Komeng.
“Sisi yang pasti menguntungkan bagi Komeng adalah pertama, ia maju dari DPD, caleg perseorangan, bukan caleg DPR dari partai, tentu saja caleg DPD meski lebih berat diawal sebagai perseorangan karena diwajibkan mengumpulkan KTP sebagai syarat dukungan, tetapi ketika sudah lolos amat memudahkan masyarakat mengenalnya karena adanya foto. Nah nama Komeng dan fotonya itu yang menggugah masyarakat terpikat memilihnya,” ungkap Efriza kepada Rupol.co.
“Sedangkan sisi kedua, lembaga legislatif DPD RI tidak familiar di masyarakat, andaipun familiar gaungnya kalah dari DPR. DPD itu sering dianggal ‘lembaga jenis apa itu?’. Dan, jangan lupakan pula pemilu serentak yang kedua kalinya setelah 2019 lalu, calon anggota legislatif terkesan ada tapi tak ada utamanya DPD, hadirnya tidak gegap gempita bila dibandingkan dalam perbandingan bahasa xarkas, suara knalpot gaul lebih bising dan menarik perhatian masyarakat ketimbang pencalegan DPD RI,” tambahnya.
Bahkan, caleg DPD amat langka untuk punya saksi, sehingga faktanya surat suara DPD jarang bertanda tangan saksi caleg DPD berdasarkan nomor urutnya. Dedy Kurnia Direktur IPO yang juga pengamat politik mengatakan dalam penentuan pilihan, publik sejauh ini sudah mulai bergeser.
Menurutnya, pada masa lalu mereka melihat wibawa kandidat, tetapi hari ini lebih banyak yang jenuh pada pilihan model lama karena sama-sama tidak berdampak. Dedy mengatakan, itu yang membuat pemilih merasa lebih baik memberikan suara pada yang baru.
“Membuat pemilih merasa lebih baik memberikan suara pada yang baru, dan komedian utamanya mereka yang tidak miliki kontroversi, akan mudah dipilih. Komeng sejauh ini miliki reputasi personal yang baik di mata publik, tidak kontroversial, sehingga mendapat simpati publik yang tinggi,” ujarnya.
Deddy berujar, pilihan pada Komeng tidak keliru, karena DPD bagi publik juga tidak miliki dampak apapun.