JAKARTA – Prediksi debat capres-cawapres terakhir, tak hanya membuat Anies yang berada di atas angin, Ganjar pun seperti itu. Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza mengungkapkan hal tersebut.
Dia mengatakan, Ganjar merasa di atas angin karena senang Mahfud sudah mundur dari jabatannya. Apalagi di dua debat sebelumnya, Ganjar dinilai lebih baik dari pada Anies serta Prabowo.
“Jadi Ganjar diyakini masih sama akan mengemas dirinya menjadi sosok kharismatik, bijak, bahasanya santun, tapi diyakini Ganjar akan menyerang dalam menguraikan gagasannya. Ganjar sekarang sudah merasa lebih santai menyerang pemerintah karena Mahfud dan dirinya dalam bahasa Sarkas anak sekarang, sudah seperti ‘lato-lato’ berdua tak terpisahkan, kata Efriza kepada Rupol.co.
“Sudah satu perjuangan, satu semangat gotong royong,” tambahnya.
Ganjar diyakini akan menyerang Prabowo, dan juga Anies. Hanya saja ke Anies kadarnya dikurangi tetapi kepada Prabowo dinaikkan.
“Ganjar juga akan menggunakan gaya yang cenderung sama dalam menyampaikan gagasanya seperti, saya berkeliling, saya mendengarkan, ada titipan aspirasi, saat saya jalan-jalan atau berkunjung, menyampalkan kesan dia sangat dekat dengan masyarakat, membawa aspirasi masyarakat, mendengarkan masyarakat, dan menghadirkan gagasan yang baik untuk masyarakat,” ungkap Efriza.
Menurutnya, teknik ini dipilih oleh Ganjar untuk mengirim makna kepada pemilih, berupa reputasi berupa ia bersama rakyat, ia membela kepentingan rakyat, ia sosok yang peduli banget akan masyarakatnya.
Ganjar juga akan bertanya kepada Anies dengan dua teknik, pertama, menggali gagasan Anies tapi sekadar meruntuhkan kewajiban bertanya , dan kedua, menggali gagasan Anies agar menyerang pemerintah, “melukai” Prabowo secara bersama-sama.
“Ganjar juga akan senang gonta-ganti kostum, jadi Ia akan menggunakan dua teknik komunikasi verbal dan nonverbal, itu adalah teknik komunikasi politik yang digunakannya di Panggung debat,” lanjut Efriza.
“Ganjar mungkin saja akan membawa kembali kertas, tapi tensinya dikurangi agar tidak terlihat arogan, isinya ditenggarai layaknya membacakan narasi dosa-dosa pemerintah, kesalahan pemerintah, juga ada yang memungkinkan dipakai untuk menggungah masyarakat bahwa ia bersama masyarakat dengan mempunyai catatan dari masyarakat,” tambahnya.
Efriza menegaskan, serangan diksi, gagasan, komentar dipanggung debat ini, diperkirakan ketiga capres akan tampak emosinya. Di mana Anies akan tampak ingin mengirimkan reputasi si paling pintar, si paling cakap komunikasi dan pilihan diksi yang cenderung bahasa tinggi agar mengesankan ia si paling paham tema debat, hanya saja sisi emosionalnya sedang membawa “dendam kesumat” Muhaimin Iskandar dan kekesalan diri maupun para pengikutnya.
Tak hanya itu, Wfriza mengungkapkan, kemungkinkan sikap Gibran yang tak santun juga akan disampaikan dipanggung debat oleh Anies. Sedangkan Ganjar, akan tampak si paling bijak, si paling kharismatik, si paling gagah, si paling elegan, si paling mengerti masyarakat, si paling bersama masyarakat.
Namun ia membawa kekecewaan diri dan partainya karena semuanya salah Jokowi, kenapa lebih memilih Prabowo. Hanya kadar emosional Ganjar ke Prabowo tak besar, Ganjar bisa menerima bahasa Melow anak muda, Jokowi lebih menambatkan hati kepada Prabowo.
Sementara Prabowo, hanya akan memainkan peran yang sama, tokoh tua yang bijak, sosok yang ingin menjaga persatuan, dan sosok yang ingin bilang sudah lelah dipanggung debat tapi tetap ia mencoba menjelaskan akan gagasannya. Prabowo memang harus memainkan peran sosok legowo karena ia dijadikan musuh bersama, karena ia representasi pemerintahan.
“Ia juga akan menunjukkan mencoba senyum meski hatinya dongkol, ia akan memungkinkan memilih kata jenaka juga memungkinkan berjoget untuk sekadar melepaskan lelah sambil berharap debat ini akan berakhir,” tutur Efriza.
Diperkirakan jika ketiganya terpancing emosi. Diakhir debat nanti meski salaman, mereka senyuman mengembang, rangkulan mereka lakukan, tetapi hati mereka belum tentu berjiwa besar. Akhir panggung debat ini disinyalir belum dapat membuat mereka menyadari bahwa semuanya adalah tokoh-tokoh bangsa terbaik. Pasca debat memungkinkan akan ada kehebohan sebagai bekas yang tertinggal di panggung akhr debat itu.