JAKARTA – Suasana kantor yang berada di daerah Bendungan Hilir, Jakarta Pusat terlihat sangat sejuk dan adem. Seorang staf yang ramah menyambut kami, sementara beberapa orang staf lagi terlihat bekerja di depan komputer dan laptop.
Suasana akrab antara pegawai kantor itu seperti menunjukkan pribadi pemilik kantor, pasti dipenuhi kehangatan dan keramahan. Benar saja, Sang Pemilik Kantor Harry Basuki Tjahaya Purnama (BTP) memiliki keramahan yang luar biasa, dengan senyum yang selalu terpancar dari bibir dan wajahnya.
“Saya memang agak berbeda dengan Pak Ahok. Beliau orangnya agak keras, tapi akhir-akhir ini malah lebih mirip ke saya. Lebih sabar, lebih ramah,” ujar Harry saat kami tanyakan kemiripannya dengan Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).
Dari raut muka memang tergurat kemiripan yang nyata. Namun kalau Ahok selama ini lebih dikenal dengan ketegasannya, Harry BTP lebih memiliki sifat yang hangat dan ramah.
“Pak Ahok itu tegas terhadap hal-hal yang melanggar aturan, dia tidak bisa diam melihat itu. Sebenarnya hati beliau juga lembut, terutama kepada yang lemah,” sambung Harry yang juga dikenal sebagai aktifis dan praktisi kepariwisataan ini.
Jika di awal-awal pembicaraan, kami melihat ada perbedaan dari sikap dan gayanya dengan Ahok, tapi semakin lama berkomunikasi kami akhirnya merasakan ada kemiripan yang jelas tentang komitmen terhadap displin dan penegakan aturan.
Harry menyebut masuknya dia ke ranah politik praktis, karena ingin memberi warna dan standar tentang tugas-tugas seorang anggota DPR RI.
“Saya tidak menyebut selama ini ada yang salah, cuma saya ingin memberi lebih. Dalam pemikiran saya, seorang anggota DPR RI harusnya bisa lebih dan saya ingin meletakkan standar itu. Ini sama seperti yang dibuat Pak Ahok di DKI, beliau meletakkan standar yang tinggi sehingga penerusnya mau tidak mau harus mengikuti itu,” terangnya penuh semangat.
Sebagai Calon Legislatif (Caleg) DPR RI dari PDIP yang maju dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jakarta 1 yaitu Kota Jakarta Timur, Harry dianggap berjudi dan salah pilih dapil. Karena Dapil Jakarta 1 dikenal sebagai dapil neraka dan hanya memiliki 6 kursi.
Ada beberapa nama besar yang bertarung dari dapil tersebut, seperti Putra Nababan (PDIP), Eko Patrio (PAN), Habiburokhman (Gerindra), Mardani Ali Sera (PKS), bahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo (Golkar) serta Yusuf Masyur (Perindo).
Menanggapi itu, Harry tidak merasa pesimis dan kalah mental, karena menurutnya masyarakat pasti akan memilih yang sesuai dengan keinginan mereka.
“Kita percaya masyarakat Jakarta Timur memiliki penilaian sendiri dan sudah mengetahui kriteria-kriteria caleg yang akan mereka pilih. Saya hanya berusaha sosialisasi dan menyampaikan fokus perhatian saya, terutama soal harga-harga yang mahal, soal penegakan aturan dan kesulitan mencari kerja. Itu fokus utama saya yang akan diperjuangkan jika nanti terpilih jadi anggota DPR,” sambungnya.
Harry juga menyebutkan soal kerinduan masyarakat Jakarta terhadap sosok Ahok, yang telah menjadi ‘role model’ kepemimpinan kepala daerah yang berani dan berintegritas.
“Setiap saya turun ke masyarakat, mereka pasti menanyakan kabar Pak Ahok. Mereka rindu dengan sosok beliau. Saya juga belajar banyak dari beliau, saya mendapatkan bimbingan langsung. Jadi saya tidak hanya adik biologis, tetapi juga adik ideologisnya Pak Ahok,” pungkasnya.(Asy)
Entah baik atau buruk jadi nya.. kita ikut aja deh