Oleh: Efriza, Pengamat Politik Citra Institute
JAKARTA – Debat keempat yang diadakan pada Minggu (21/1/2024) malam, begitu luar biasa dibandingkan debat pertama. Hal ini karena cukup terasa pembahasan yang didebatkan. Dari tiga cawapres ini, ada tiga sisi yang diperlihatkan masing-masing. Di mana mereka memiliki keunggulannya tersendiri ketika membahas tema yang diajukan dalam debat.
1. Sisi Cak Imin
Kubu perubahan (Cak Imin) terus mengedepankan bahasa etika yang dilakukannya dari awal sampai selesai. Di mana dia melakukan ini memiliki tujuan untuk menanamkan ingatan publik soal Gibran berpolemik secara etika dan moral sebagai cawapres.
Muhaimin menggunakan kalimat Etika untuk Pembangunan, lalu Etika untuk ekologis. Tampak sekali Muhaimin juga mencoba memperluas sasaran pemilih Kubu Perubahan, yang sudah terlabeli menyasar umat Islam saja, Muhaimin lalu mencoba membawa narasi Paus Fransiskus di penutupnya.
Sayangnya tak ada yang dikutip dari pernyataan, jadi sekadar membawa nama Paus Fransiskus. Sebab setelah nama Paus Fransiskus, ia menjelaskan posisi negara rawan, lalu mengucapkan Taubat Ekologis.
Artinya, di penutup ia mencoba membawa narasi agama, dari membaca ayat di Alquran, membawa nama Paus, dan menggunakan diksi agama tentang Taubat, namun konteksnya tak bisa diuraikan dengan detail, amat disayangkan. Jika diperhatikan seksama lagi-lagi untuk Muhaimin, Aniesnya sangat baik dalam narasi dan penjelasan.
Sedangkan Muhaimin sangat lemah, sehingga terlihat sekali, ia butuh panduan dalam menjawab. Narasi dari Muhaimin tidak tampak kaya akan gagasan, Munaimin hanya dapat mengkritisi tetapi gagasannya tidak banyak terungkap. Jadi, narasi Muhaimin sekadar mengungkapkan kondisi masyarakat saja, tanpa rincian komprehensif ia akan melakukan apa.
“Bahkan, ada satu komentar Mahfud, yang Muhaimin tak bisa menjawab, malah menunjukkan pemerintahan ini sudah baik dari sisi regulasi, hanya implementasi saja belum tampak. Atas jawabannya itu tampak dilayar kaca Mahfud mukanya mesem, padahal Mahfud menguraikan tentang lahan berkurang, petani berkurang, petani rugi, tapi tak berdaya oleh tengkulak, lalu Mahfud menguraikan Ganjar punya program badan usaha untuk petani, lalu kebijakan hukum apa dari kubu Perubahan untuk petani? Ini miris, bicara dengan narasi perubahan, memperjuangkan petani, tapi tak punya terobosan kebijakan hukum, malah hanya akan menjalankan kebijakan dari pemerintah saja, ini mungkin arti muka Mesem Mahfud MD melihat jawaban Muhaimin,” kata Efriza.
Muhaimin dan Mahfud tampak sekali mereka bagian dari pemerintah. Sehingga dalam debat, mereka kompak menceritakan keburukan kinerja pemerintah saja, sayangnya Munaimin tak mencoba mengeksplore gagasan dari Mahfud MD.
Inilah yang hilang dari Sesi Debat Cawapres yang dilakukan oleh Muhaimin, ini strategi yang blunder, karena Muhaimin sudah berpikir berkawan dengan kubu Ganjar-Mahfud, padahal Mahfud bisa membuat Muhaimin kewalahan ketika ditanya kebijakan hukum untuk petani. Artinya, dalam debat itu, Muhaimin kalah 1-0 oleh Mahfud, karena berpikir antara dia dan Mahfud seperti “pertandingan persahabatan” saja.
Sedangkan jelas antara posisi Muhaimin dan Gibran. Tampak sekali, Gibran berhasil memembuat Muhaimin sebel. Dari mulai dikatakan hanya bisa mencontek data, kemudian dikatakan tegang karena dipercundangi sesi debat pertama, dan juga bicara lingkungan tapi botolnya plastik.
Soal botol plastik, ini dibalas Muhaimin dengan mengatakan pertanyaan saya tak dijawab, kemudian Muhaimin mencoba menjelaskan pemerataan pembangunan, sesi ini dibalas oleh Gibran uraian Gus Muhaimin kan sudah saya jawab dengan singkat.pemerataan pembangunan tidak lagi jawa sentris. Meski Gibran mencoba membalas, tapi Gibran masih menunjukkan santun, gestur tubuhnya menunjukkan permintaan maaf.
2. Sisi Gibran
Jika dicermati Gibran seperti kehabisan materi semalam, sebab sudah disampaikannya pada debat pertama cawapres. Sehingga tampak sekali ekplore gagasan kurang dilakukan Gibran, ia hanya mengulang materi kemarin dan menambahkan sedikit. Akhirnya, tampilan gagasannya monoton, tak memukau seperti diawal debat pertama.
Kecuali nuansa menghibur dirinya, itu yang akhirnya terjadi pro dan kontra. Mungkin saja, Gibran merasa sudah menang, jadi ya tak ada kata kalah kecuali Seri. Gibran tampak juga hanya ingin melanjutkan apa yang sudah dikerjakan oleh Presiden Jokowi sebagai ayahnya.
“Ada moment yang berani, sikap dari Gibran yang ingin mencabut IUP atas permasalahan pertambangan, sayangnya memang itu tak mudah, sehingga ia mendengarkan pemaparan Mahfud dengan antusias, uraian Mahfud di lapangan banyak mafianya sehingga tak mudah. Gibran tampak berusaha mencernanya,” ungkap Efriza.
Gibran juga jika dicermati ia amat ingin berguru kepada Mahfud. Dibuktikan dengan dalam sesi jawab antar panelis, ia mencoba memberikan bahan untuk ditindaklanjuti oleh Mahfud dalam gagasannya seperti terkait RUU Masyarakat Hukum Adat yang mandeg. Jika diperhatikan dari sikapnya, Gibran ingin jika lolos putaran kedua adalah dirinya dan Mahfud, tampak sekali sikap Gibran yang memberikan nilai-nilai positif kepada Mahfud.
Bahkan, Gibran menunjukkan dirinya tetap menghormati Ganjar, karena ia menceritakan Jawa Tengah sudah berhasil terkait punya batas wilayah ini hasil kerja mereka antara Gubernur dan Walikotanya. Ada moment pula Gibran tak ingin menjawab pertanyaan Mahfud mengenai Tri Sakti Bung Karno, ini menunjukkan dirinya amat menghormati napas dari ideologi PDIP.
Meski begitu, sisi ngeyel Gibran sebagai Anak Muda, yang mencoba memancing Mahfud yang profesor, sehingga terjadi Mahfud tidak mau menjawab pertanyaan receh. Gibran juga yang sering meledek Muhaimin, seperti karena membaca contekan kertas terkesan semuanya diatur tak ada gagasan dirinya yang spontan sehingga memudahkan Muhaimin, maupun ia meledek Muhaimin karena “memakai botol plastik sedang kita lagi bicara peduli lingkungan padahal Prabowo, Ganjar, Mahfud dan Gibran botol kaca”.
Maupun ia menyampaikan bahwa Muhaimin tidak menjawab pertanyaannya, moment ini dibalas dengan Muhaimin dalam sesi lain, tapi ternyata uraian Muhaimin dan Gibran sama, hanya Muhaimin menguraikan panjang dan Gibran sedikit, soal pemerataan pembangunan yang tidak lagi Jawa Sentris.
Jika diperhatikan, Gibran lebih menganggu Muhaimin, sehingga Muhaimin terpancing dengan berbicara etika, meski dipanjangkan etika lingkungan, dan etika pembangunan. Maupun ketika ia bicara etika kasus MK. Namun, saat bicara etika MK, Gibran dengan santainya menjawab gitu dong Gus Imin jangan tegang kayak debat pertama.
Narasi entertain yang dilakukan Gibran inilah yang dianggap tidak etis, sombong, dan dinarasikan tidak sopan oleh publik di media sosial atas debat semalam. Padahal Gibran tetap menunjukkan sikap Santun, ia meminta maaf karena sudah memancing Muhaimin, itu ditunjukkan dalam kata dan gestur tubuhnya. Ia juga diakhir sebagai anak muda menyalami duluan Muhaimin dan Mahfud MD, bahkan saat berpelukan kepada Mahfud ia berkali-kali minta maaf.
Hal yang seru, debat cawapres, karena jiwa legowo daripada mereka, suasana entertaint hadir dipanggung, malah lebih menarik dua kali debat cawapres ketimbang debat capres. Jika debat capres tak berakhir salaman, debat semalam berakhir berpelukan.
3. Sisi Mahfud
Penampilan Mahfud semalam lebih baik ketimbang debat cawapres pertama. Hanya saja Mahfud memang kesulitan jika menyampaikan gagasan diberikan batas waktu minim. Mahfud menggunakan cara dalam debat semalam menggunakan strategi menyampaikan pengalamannya, apa yang sudah dikerjakannya, maupun apa yang sudah dikerjakan Ganjar.
Ia juga mengutip ayat Al-quran, kemudian menjelaskan ia santri NU dan menggunakan dalil NU dari Gusdur, ini menunjukkan Mahfud sedang menyasar Pemilih Islam lebih luas dan utamanya NU dalam menguatkan basis Pemilih Nasionalis di kubu Ganjar-Mahfud. Apa saja yang dilakukan oleh Mahfud dalam komentarnya semalam, seperti ia menceritakan informasi tertutup mengenai kepemilikan tanah, persoalan informasi juga terbentur atas nama UU ITE.
Ia menceritakan tentang IUP yang sulit diselesaikan meski ada putusan MA.Ia menceritakan hasil karyanya di MK seperti dua karyanya yakni pertama aktivis lingkingan sebagai subjek hukum dan definisi hukum yang membedakan hukum adat dan hukum negara. Ia juga menceritakan mengenai redistribusi lahan yang tak berjalan.
“Ia juga menjelaskan pemerintah yang mengedepankan impor dari beras, kedelai, hingga daging sapi. Ia juga menunjukkan keberhasilan Ganjar mengenai membangun kepedulian terhadap masyarakat ketika menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah,” jelas Efriza.
Mahfud berhasil menunjukkan dirinya memang kaya akan pengalaman di legislatif, yudikatif, dan eksekutif sebagai pembantu pemerintah. Moment Mahfud juga menunjukkan ia seorang akademisi, ia paham panggung debat, ia tidak akan menjawab pertanyaan receh, ini adalah sikap sosok Mahfud yang tegas, akademisi, dan kaya pengalaman.
Mahfud memukau tapi memang cara berkomunikasi dirinya yang berkejaran dengan waktu sehingga kurang tampak menonjol uraiannya. Meski begitu, Mahfud sudah berjuang menyanyi lagu Ebiet G. Ade, meski agak kesulitan nada.dan salah lirik, tapi itu adalah usaha yang patut diapresiasi dalam membuat memukau panggung debat sehingga tak sekadar adu gagasan tapi juga ada entertain-nya.